Thursday, July 1, 2004

Seorang Wanita dengan Parfum Eternity

Barangkali, aroma Eternity berhubungan dengan cinta yang agung, cinta yang setia dan abadi selamanya. Itulah yang kupikirkan ketika wanita dengan parfum Eternity ini muncul bagaikan peri, dari balik kegelapan dengan busana serba merah yang dirancang Donna Karan. Begitulah ia bercerita tentang dirinya sendiri.
Wanita dengan parfum Eternity yang begitu berwibawa, agung dan dingin adalah wanita yang disia-siakan. Terlalu. Aku tak pernah bisa percaya.

Cinta telah membuatnya termehek-mehek kepada seorang lelaki yang disukai dan menyukai banyak wanita. Apakah kehidupan memang ada skenarionya? Entahlah. Aku ingin tahu apakah ada suatu cara yang praktis untuk menjadi bahagia, yang lebih instant dan tidak membutuhkan bumbu ironi.

Aku tidak mengerti. Kupikir dialah wanita yang dengan segala kemampuannya mampu mengarahkan nasib ke tujuan yang dikehendakinya. Tapi, cinta itulah, cinta yang itu-itu juga, membuatnya tidak berdaya.

(ia berkata) "Aku tidak tahu apa yang harus kulakukan, kecuali melakukan apa yang paling mungkin kulakukan sekarang. Kita bisa setia sampai mati kepada seseorang, tapi kita tidak bisa memaksa siapa pun setia kepada kita, bukan?"

Benarkah cinta membuat kita buta dan bodoh?

*bagian dari cerpen Seno Gumira Ajidarma dengan judul "Wanita dengan Parfum Eternity"*